Kamis, 14 Juli 2011

Titip Rindu Buat Ayah


Ayah.... bertahun-tahun aku hidup bersamamu betapa baru hari ini aku menyadari
Merah matamu itu bukan karena marah
namun kekhawatiran akan anak gadisnya yang rapuh dan mudah menangis
Suaramu yang keras saat membentakku bukanlah kebencian
yang selama ini aku sangkakan
namun penjagaan yang kuat dari seorang laki-laki
pada gadis kecilnya yang pemberontak dan tak mau diam
Prinsipmu yang tak tergoyahkan ada lah harga diri laki-laki
untuk melindungi keluarganya dari mara bahaya

Ayah.....
kemarin aku melihatmu bangun dini hari
dan bergegas ke masjid
saat orang-orang terlelap
kau pun senyap dalam dzikir dan doa
tak perduli udara dingin menerpa kulitmu
yang menua oleh waktu

Ayah... dalam kesendirian aku merindukan
saat kau mengusap kepalaku dan mendoakan
untuk segala kesehatan dan kesembuhanku
dalam kesederhanaan
kau mengantarkan ku menuju harapan dan cita-cita

berjalanlah anakku
ada Ayah yang kan selalu mengiringi langkahmu
sejauh dan seberat apa pun
akan kutempuh
demi kebahagiaanmu



seminggu bersama Ayah
Blitar,

12-17 Juli 2011

Senin, 02 Mei 2011

"My sister's keeper."... bagaimana sakitnya kehilangan



Kemarin, saat pulang ke Blitar iseng-iseng aku menonton film My Sister's Keeper. Temenku, si "juragan" film, merekomendasikannya sebagai film yang exciting banget. Film ini sudah lama masuk di waiting list flash disk ku. Sampai akhirnya aku mengcopy nya di laptop dan menontonnya sendirian.

Film ini mengisahkan tentang sebuah keluarga yang menghadapi permasalahan kompleks. Cukup rumit malah. Anak perempuan pertamanya, Kate divonis dokter menderita leukimia. Dia tidak bisa bertahan hidup jika tidak ada orang yang bersedia mendonorkan organnya. Karena susah menemukan orang yang cocok, akhirnya sepasang suami istri itu dengan persetujuan dokter membuat bayi tabung sebagai "suku cadang" anak perempuannya.

Maka bayi perempuan yang lahir itu (anna) seumur hidup menjadi "suku cadang" kakaknya. Ia menyumbangkan sumsum tulang, darah, bahkan terakhir ginjal nya akan diambil. Tidak seperti sebelumnya, kali ini dia membangkang. Ia mengaku sudah lelah menjadi donor kakaknya. Ia ingin mimiliki tubuhnya seindiri, seutuhnya. Bahkan ia menyewa pengacara untuk menuntut ibunya yang memaksanya menjadi donor kakaknya.

Keluarga itu menjadi porak-poranda, tatkala tidak ada diantara mereka yang mau mengalah. Sang ayah mencoba menengahi dengan bijak, namun tetap saja istrinya menginginkan anna berkorban untuk kakaknya. Kate, hanya mampu memperhatikan apa yang terjadi pada keluarganya sambil terbaring di rumah sakit. Di situlah ia membuka kembali luka lama yang ia pendam, Termasuk, cintanya yang kandas karena ditinggalkan, Taylor, kekasihnya. Ia merasa bersalah telah mencuri seluruh perhatian keluarganya, terutama pada Jesse adik laki-lakinya yang menderita dysleksia.

Di tengah keputus asaan dan kebimbimangan keluarganya, sang ayah mengajak seluruh keluarganya ke pantai. Di sana mereka berusaha melupakan apamyang terjadi. Mereka bermain dengan ombak dan pasir pantai sepuasnya.

Ketika persidangan berlangsung, anna dan ibunya beradu mulut. sampai akhirnya rahasia anna terbongkar. Jesse memberi tahu bahwa anna memberontak karena Kate yang meminta. KAte ingin menyerah. Ia tak ingin menjadi beban keluarganya lagi. Semua yang hadir di persidangan, t sangat kaget mendengar hal ini. Apalagi ibunya, ia tidak menyangka anaknya melakukan itu demi dirinya. Akhirnya mereka ke rumah sakit, bertemu dengan Kate yang semakin lemah.

Akhirnya kate pun meninggal. Ia memang kalah dengan kematian. Namun, penderitaan dan kesedihan Kate membuat keluarganya lebih kuat. Sepeninggal Kate, keluarga itu menjadi lebih harmonis. Jesse pun lulus akademi mengambil jurusan seni. Ibunya kemabli berkarir dan lebih sukses, sementara ayahnya pensiun dini dan memberikan konseling pada remaja bermasalah.

Film ini sungguh membuat mataku berkaca-kaca. Tiap adegan di dalamnya terasa begitu intens dan memberikan sentuhan lembut di dalam hati. Dalam kehidupan ini, kehilangan seseorang yang dicintai adalah wajar adanya. Namun, merelakannya dengan sepenuh hati membutuhkan waktu yang sangat lama. Kadang, kita terlalu mencintai seseorang, dan tidak pernah menyadari jika suatu saat ia akan pergi.

Namun bungkankah rasa memiliki itu ada ketika kita merasa kehilangan? Saat kita kehilangan sesorang yang kita cintai, barulah kita menyadari betapa berharganya dia. Kebaikan-kebaikannya selama hidup membuat kita terinspirasi untuk bangkit dan memperbaiki kualits hidup. Ide dan cita-cita nya akan terus tumbuh menjelma dalam diri orang-orang yang ditinggalkannya.

Minggu, 01 Mei 2011

NII dan Paranoia

Akhir-akhir ini, kasus NII mulai marak diperbincangkan di Indonesia. Ada beberapa mahasiswa yang mengaku diculik oleh sekelompok orang yang mentahbiskan diri nya menjadi gerakan pendiri Negara Islam tersebut. Mereka di cuci otaknya, sehingga tidak mengenal lagi siapa dirinya, kerabatnya bahkan orang tuanya. Kasus ini makin marak, ketika aparat menemukan adanya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan anggota NII. Mereka merampok dan merampas harta orang lain dengan alasan demi membiayai tegaknya Negara Islam di Indonesia.

Jika ditelaah lebih dalam, sebenarnya fenomena NII ini sudah lama terjadi di Indonesia. Pada sekitar tahun 90 an, banyak generasi muda utamanya mahasiswa yang terkena jaringan NII. mereka bahkan rela minta uang berjuta-juta pada orang tuanya meski pun dengan berbohong hanya demu membiayai gerakan ini. Mereka juga tidak segan-segan menganggap orang di luar kelompoknya kafir. Bahkan pemerintah Indonesia pun dianggap "tidak Islami', sehingga tidak perlu menaati peraturan di dalamnya. Mereka bergerak cukup militan dalam pengkaderan anggota-anggotanya. Sasarannya adalah anak muda yang masih labil dan dalam pencarian agamanya.

Meledaknya kasus ini, membuat banyak pihak seperti kebakaran jenggot. Hampir setiap hari masalah ini dikupas di berbagai stasiun televisi. Banyak pakar baik itu dari agamawan, budayawan, politikus dan kepolisian mencoba mengupas kasus ini dalam berbagai diskusi.
Berbagai komentar dari masyarakat banyak mengecam kasus ini sebagai penodaan agama dan NKRI.

Hal itu berimbas pada stigma masyarakat terhadap orang-orang yang memang bergerak masif untuk mensyiarkan Islam. Seorang pakar menyebutkan bahwa terorisme itu berakar dari rohis yang bergerak di kampus dan sekolah-sekolah. Mereka yang aktif di "dunia dakwah" dianggap membentuk gerakan separatis yang menyelishi NKRI. Ada klaim bahwa perempuan-perempuan yang berjilbab lebar dan laki-laki yang berjenggot semuanya berhubungan dengan NII. Bahkan di salah satu fakultas sebuah universitas ternama, menutup mushola kampus dan membukanya hanya pada waktu sholat saja.

Dalam hal ini, kewaspadaan pemerintah dan masyarakat memang diperlukan sebagai kontrol sosial. Namun adakah lebih baik nya kalau kita tidak "meng-gebyah uyah" setiap aktifs dakwah kampus adalah NII. Jika kewaspadaan itu menjadi kecurigaan yang tidak berdasar, maka masyarakat akan mengalami "paranoia". Mereka akan menggeneralisir setiap kegiatan keislaman dan melarang anak-anak mereka untuk ikut kajian karena dikaitkan dengan NII.

Sebagai civitas akademika yang mengedepankan logika, seharusnya kita bisa berfikir lebih jernih dalam menyikapi masalah ini. Efek yang diakibatkan kecurigaan yang berlebihan itu, tidak malah menyelesaikan masalah, namun lebih memperburuk keadaan. Bayangkan jika semua muslimah yang berjilbab rapi di klaim sebagai anggota NII, maka akan ada banyak perempuan di Indonesia yang takut untk menggunakan jibab. Padahal sebagai seorang muslimah, itu adalah hak prerogatf mereka untuk mengamalkan apa yang diyakininya. Begitu juga dengan orang-orang yang haus akan ilmu agama. Mereka akan urung mengikuti kajian karena kecurigaan yang tidak beralasan.

Bukankah seharusnya, mahasiswa, dosen, dan aparatur negara memberikan informasi yang faktual dan valid kepada masyarakat. Tidak asal tuduh, dan memberikan justifikasi yang belum jelas kebenarannya. Sebagai agen perbahan dan pengayom masyarakat, tidak kah lebih baik jika kita bersikap bijak dan profesional. Tidak mengedepankan sensitivitas pribadi, dan emosional dalam membuat kebjakan. Sehingga masyarakat bisa menjadi lebih tenang, dan tudak mengorbankan banyak pihak yang tidak terkait dengan masalah ini.

Kamis, 23 Desember 2010

Mengapa Aku Memanggilmu "Ibu"



Ibu. Satu kata, yang sangat istimewa. Betapa gadis-gadis dewasa sangat mendamba panggilan ini. Bukan dari orang lain. Bukan dari seorang murid kepada guru, seorang bawahan kepada atasan, atau seorang laki-laki pada rekan kerjanya di kantor. Namun sebuah kata yang terucap tulus dari seorang anak kepada wanita yang dengan susah payah melahirkannya.

Ketika seorang anak lahir ke dunia, tangannya yang mungil menyentuh pipi ibunya yang meneteskan air mata bahagia. Betapa, saat itu air susu menjadi ikatan darah yang tak pernah lekang ditelan waktu.

Ibu. lalu nama itu kupanggil dengan rasa haru. saat aku meneleponmu seusai subuh. dalam hati yang luruh karena apa yang kuberikan selama ini tak sebanding dengan air mata perjuanganmu.

" Selamat Hari Ibu." 

Bahkan kau pun tak hirau apakah itu hari Ibu, hari Bapak, hari anak....

yang kau risaukan apakah anak gadismu baik-baik saja. tercukupi kebutuhannya. berakhlak baik. berkepribadian tangguh. menjaga harga dirinya. menjaga nama baik keluarganya.

dan.... segera lulus skripsinya....

Ibu. Saat aku sakit pun, kau tahu dari sudut mataku, tanpa aku mengatakannya. Karena kata-kata hanyalah batas untuk mendefinisikan makna. Sementara hati kita terpaut dengan darah dan sumsum yang sama. lebih dari sekedar makna.

Ada  yang tidak terkatakan. dalam diam. atau dalam kesibukanmu menata bekalku untuk dibawa merantau. "Bawalah kue ini, jangan lupa abon sapi, gula putih, susu, madu. " Tanpa lelah kau mengingatkanku. " Apa uangmu masih ada? kurang atau tidak? " Selalu saja pertanyaan itu. betapa sangat menusuk hatiku. Aku yang belum juga lulus dan mandiri. Masih saja bergantung pada pemberian orang tua.

Ibu. Aku memangilmu Ibu, untuk kesekian kalinya dalam hidupku.

Bukan hanya karena aku lahir dari rahimmu. Atau kau yang menyusui aku, mengajariku berjalan. menyisir rambutku. memandikan aku. memeluk aku saat sakit. menghapus air mataku. memarahiku. memukulku.mengingatkanku.

namun bahasa cinta, antara dua orang perempuan yang dipertemukan dalam keluhuran ikatan.

bahasa Cinta yang diturunkan dengan penuh kasih oleh Nya

bahasa Cinta, melawan segala logika, definisi. lebih dari sekedar keindahan dan kekaguman.

bahasa Cinta menembus batas yang nyata, melalui panjangnya lorong-lorong waktu.

Malang, 24 Desember 2010.

" seuntai Cinta untuk Ibu





Senin, 20 Desember 2010

hatta



hatta, sejak kapan kau mengenal tanda?

menyebut nama-nama
mendefinisikan semesta dengan bahasa

Kata-kata menjabarkan kebenaran
yang diklaim sendiri kesahihannya.


hatta, ketika abjad lebur menjadi debu
dilumat Sang Waktu
lalu bagaimana kau bisa menjelaskan makna?


Barulah kau menyadari
YangTakTerdefinisi itulah
hakiki

hatta, tak perlu kau merangkai kata menjadi frasa
kalimat-kalimat yang sia-sia

cukup kau rasakan saja

hatta.



Sabtu, 30 Oktober 2010

Ada sajadah panjang terbentang...


Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekedar interupsi

Mencari rezeki mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara adzan
Kembali tersungkur hamba

Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau sepenuhnya

by: Bimbo


Hidup ini kan hanya menunggu mati.... lalu untuk apa kita terobsesi mengejar sesuatu yang fana
sesungguhnya segala yang tampak berkilauan ini hanyalah ilusi
Dia lah Yang Maha Abadi

Senin, 18 Oktober 2010

Jeda

Ketika nafsu menjadi sekeras batu
Kau biarkan aku melawan
diriku sendiri

Bukankah Perang Bharatayudha telah usai?

Kudamba kemenangan Pandawa dalam jiwa
namun dentang jam berkata lain

pergilah tidur sejenak
Ada mimpi suci yang
menunggu untuk
dikunjungi

Perang akan terus berlanjut
Selama kereta kuda masih
tersembunyi di balik senja